Selasa, 19 November 2013

TAKUT YANG DISAMPAIKAN TIDAK SESUAI DENGAN PERBUATAN


       Pagi Jum’at itu sudah pukul sembilan, Mang Mat baru saja mau mengeluarkan sepeda-motornya hendak ke Kota ada sedikit urusan, ketika telepon di rumahnya berdering.  Diseberang sana terdengar suara Aman pengurus Masjid di kampungnya :
       “Assalamu‘alaikum, Mang. Mang Mat…. imam dan khotib Jum’atan hari ini berhalangan datang.  Pacak dak Mamang nyerep (menggantikan) beliau  kagek ?”
      “Ustadz Soleh bae,  makmano….?”
      “Beliau justru yang minta Mamang, karena dia sudah bertugas  dua jum’at yang lalu…”
      “Payoo… kalu mak itu….. insyaallah”.
Mang Mat pun jadi sedikit kelabakan, mana mau pergi, mana mau menyiapkan bahan untuk khotbah nanti. Maklumlah, sebagai Khotib “Pemula” alias masih “anak bawang” yang ”jam terbang”nya rasanya belum sampai 10 kali, dia belum bisa tampil spontan.  Kalau tahu jadwalnya – itupun hampir seluruhnya di Masjid kampung dewek –sehari dua hari sebelumnya biasanya latihan dulu. Naskah yang diambilnya dari beberapa buku kumpulan naskah Khotbah Jum’at, biasanya dibacanya berulang-ulang dulu layaknya seperti tampil betulan didepan jama’ah. Supaya nanti tidak “belepotan”, fikirnya, malu kan tampil nanti tidak bagus ?
       Begitu juga cara penyampaian khotbah, sering beliau memperhatikan Imam/Khotib yang kondang atau senior. Senang Mamat melihat “gaya” masing-masing khotib tadi menyampaikan khotbah yang memukau.  Ada yang penyampaiannya “lurus-lurus” seperti berbicara biasa saja,  ada yang menyampaikan dengan gaya rhetorika yang memukau.  Ada yang “lembut”, ada pula “lantang”, dsb.  Ya, siapa tahu nanti dapat menjadi khotib yang bagus seperti mereka.
        Pernah suatu Jum’at, setelah doa selesai, dan jamaah sebagian sudah pulang.   Pak Soleh sahabat seniornya, ustadz yang juga Guru Sekolah Aliyah menghampiri Mang Mat yang masih zikir.
       “Mat, maaf yo, Mat… awak  tadi agak “over” menyampaikan khotbah dengan gaya seperti itu “
       “Iyo, ‘tadz….”
       “Awak tadi menyampaikan khotbah pecak gaya penyajian orang mengikuti Lomba Pidato…. masih untung tidak ada yang tertawa terkekeh mendengar  ucapan dan gaya  khotbahmu, kalau itu terjadi bisa-bisa Jum’at bisa rusak”
       “Iyo, .tadz…” kata Mang Mat tersipu malu.   Mungkin karena terlalu ingin bergaya rhetorica (gaya pidato) yang dipelajari di sekolah dulu, sehingga tangan Mang Mat tadi  ada sekali sekali “bermain”, sesekali menatap kadang kekiri kadang kekanan kepada jamaah.  Begitu juga Ustadz Soleh mengeritik karena si Mang Mat membacakan terjemahan Ayat seperti gaya membaca puisi….. oh Ya Allah , astaghfirullah…..yang baru belajar menjadi khotib ini masih banyak nian kekurangannya. Padahal benar apa yang dikatakan ustadz sahabatnya,  bukankah Khotbah itu merupakan bagian dari Sholat Jum’at itu sendiri yang harus dijaga ketertiban dan kekhusyukannya ?
          Bukan itu saja. Akhir-akhir ini Mang Mat agak takut takut  juga menyampaikan khotbah Jum’at. Bukan takut  karena tidak siap, sehingga tampil grogi. Ya, memang kadang takut juga kalau tidak bisa menemukan bahan khotbah yang aktual dengan masyarakat, maklum lah masih pemula.
        Tapi yang paling ditakutkan oleh Mang Mat akhir-akhir ini adalah tanggung jawab seorang yang diberi amanat untuk menyampaikan khotbah itu. Pada diri seorang Khotib tentulah dituntut keteladanan. Ia harus selaras apa yang diucapkannya dalam khotbah dengan perbuatan dan perilakunya sehari-hari. Begitulah kira inti yang diperolehnya ketika bersama anak muda mengikuti Penataran Calon Da’i dan Khotib dulu.

Itu yang membuat Mang Mat tambah kelabakan kalau bertugas seperti siang Jum’at itu.  Mang Mat tidak mau cuma jadi  burung beo, yang bisa ngomong tapi tidak melaksanakan apa yang dianjurkannya. Berdosa !!
          Bukankah Allah SWT telah berfirman : “Yaa ayyuhalladzina aamanuu lima taquuluuna maa laa taf’aluun. Kaburo maqtan indallaahi an taquuluu maa laa taf’aluun”.  Yang terjemahannya, “Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat ?. Amat besar kebencian disisi Allah, karena kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat”.  (Ash-Shaf : 2-3).
          Dan ketika Mang Mat pulang dari Kota, kira-kira pukul setengah dua belas lebih, dia mantap menuju Masjid. Membawa naskah Khotbah Jum’at dengan memilih topik yang sederhana bae, namun insyaallah bisa diamalkan dalam kesehariannya.

(Masatif Ali Zainal) (Perumnas, 03/07/2007). 
      

       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar