Rabu, 04 Desember 2013

CERITA MANG MAT

MANG MAT KEPENGEN MENUNAIKAN IBADAH HAJI

Oleh : Masatif Ali Zainal

     Sejak pensiun sekitar empat tahun ini, keinginan Mang Mat untuk menunaikan ibadah haji makin menguat saja. Apalagi kalau melihat sahabat dan tetangga setiap tahun, selalu saja ada yang pergi haji bersama isteri lagi. Cuma apa daya, sementara ini keinginannya itu masih sebatas cita-cita. Maklumlah, sebagai pensiunan, sulit menabung untuk ongkos perjalanan ketanah suci tersebut. Apalagi maunya pergi haji bersama isteri, tentu biayanya dobel.  Dari mana ongkosnya, fikirnya dalam hati sedikit pesimis.

     Yang penting pasanglah niat dan teruslah berdoa, begitu nasihat yang sering didengarnya, baik dalam ceramah agama yang disampaikan ustadz atau kiyai, maupun dalam acara selamatan tiap kali mengantar sahabat yang akan pergi haji. Haji itu panggilan Allah. Haji itu pada hakekatnya undangan langsung dari Allah, katanya.  Dan kalau Allah swt yang memanggil, kalau Allah yang mengundang, dan kita akan menjadi tamu-Nya, maka akan terbukalah jalan untuk menunaikan rukun Islam yang kelima itu.

     Dalam Al-Qur’an Allah swt telah berfirman  : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, berkenderaan unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa (daging) binatang ternak.  Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk  dimakan orang-orang sengsara lagi fakir”.     ( QS Al-Hajj : 27-28 ) .

     ”Saya dulu waktu masih muda, menangis tersedu, mengadu kepada Allah  dikesempatan sholat malam, memohon kepada Allah supaya dapat berhaji seperti para kiyai yang lebih senior....”, demikian cerita seorang kiyai tua pada saat syukuran sahabatnya musim haji tahun kemarin.  Dengan izin allah... tahu-tahu doa tersebut dimakbulkann-Nya..... ada yang datang membantu...jadilah beliau menunaikan haji, kenang sang kiyai itu memotivasi Mang Mat dkk yang belum haji.  Beliau memberikan ucapan selamat kepada shohibul hajat, seraya mengatakan sampai jumpa ditanah suci karena  beliau juga akan pergi haji lagi.

     Pada kesempatan lain, seorang da’i muda bercerita hal yang sama. Memohon berkepanjangan dalam kesempatan qiyamul lail, memohon kepadanya supaya dapat berhaji.  Lalu, datang saja pertolongan Allah yang menggerakkan seseorang berbaik hati membantunya.  Jadilah dia bertitel haji sekarang, begitu kira-kira yang diungkapkannya di Masjid sekali waktu.  Cerita tadi menambah semangat yang mendengar, siapa tahu undangan Allah untuk menjadi tamu-Nya datang.  Apalagi mendengar kisah, ada seorang pesuruh kantor yang setiap hari menyiapkan minum untuk karyawan, tahu-tahu bisa pergi haji.  Ketika orang bertanya tentang kesehariannya, menurut kawan-kawannya ternyata dia rutin sholat dhuha....

    Ya, begitulah kalau Tuhan sudah berkehendak, ternyata jenis pekerjaan tidak jadi masalah.  Buktinya ada yang pergi haji, lantaran dibantu biayanya oleh anaknya yang menjadi TKI di luar negeri.  Sahabat Mang Mat yang satu lagi, yang sama tahun pensiunannya, pada musim haji sebelum kemarin, alhamdulillah berkesempatan melaksanakan ibadah haji diajak ikut Tim Pembimbing Haji. Tahun inipun seorang tetangga lagi akan haji.  Ya, karena undangan atau seruan Allah  sudah datang kepada mereka.  Sahabat Mang Mat yang lain, lain lagi.  Sahabat ini mengaku berkesempatan haji gara-gara....... ”nama” !!  Ceritanya : atasannya yang berencana berhaji, tiba-tiba berhalangan untuk ke Mekkah musim haji tahun itu.  Ia ingin, jatahnya diberikan saja kepada  bawahnnya. dengan syarat penggantinya itu harus mempunyai nama yang ”ke-arab-araban”.  Setelah disodorkan sejumlah nama pegawai, tertumbuklah mata si-Bos dengan nama ”Abdul Hamid....” melik kawan tadi.  Jadilah dia berangkat haji, ya begitulah kalau undangan Allah sudah datang.

    Tapi niat dan keinginan yang kuat saja belumlah cukup Mang !! Harus disertai usaha (ikhtiar) yang sungguh sungguh juga.  Kita ini pada dasarnya sudah diundang, sudah dipanggil, sudah diseru Allah untuk pergi haji ke Baitullah itu. Kita saja, yang karena kepicikan tidak mampu merespon, demikian yang dapat ditangkap dari nasihat yang lain, sehingga belum juga  menunaikan ibadah yang wajib sekali seumur hidup itu. Apalagi sebagai pensiunan rasanya sulit, kata seorang Bapak – orang tua dari tetangga baru Mang Mat - beberapa bulan lalu.  ”Maka itu harus usaha, Pak ..... cari biayanya.... ya kalau tidak ada jual saja rumah tempat tinggal bapak ini.... kan kalau dijual, bisa untuk ongkos perjalanan haji suami isteri, Pak !!” begitu inti sarannya seolah ”mengompori”.  Dia bercerita sudah berulang kali menunaikan ibadah haji, seraya mengajak bergabung di KBIH nya kalau mau berangkat haji.

     Mang Mat fikir, betul juga nasihat Bapak yang juga pensiun itu. Jual rumah, dapat uang, lalu bisa menunaikan ibadah haji. Nasihat yang cespleng fikirnya sependapat.  Tapi ujung nasihatnya yang membuat Mang Mat masih berfikir-fikir.....”Kalau sudah haji... soal nanti mau tinggal dimana ya numpang saja dirumah anak....”. Nah, ini, menjual rumah, lalu menumpang  dan lalu menyusahkan anak mantu, hal ini yang Mang Mat belum dapat membayangkannya.  Ujung-ujungnya belum juga tahun ini berkesempatan haji. Ataukah Mang Mat ini, masih termasuk golongan yang belum mampu berhaji, sehingga  memang belum wajib berhaji ? 

     Beliau pun lalu ingat dengan ceramah seorang da’i pada acara selamatan haji seorang kawan yang tinggal tiga rumah disebelah sekitar tiga tahun lalu. Penceramah bercerita tentang fadilah haji itu, terus terang mengaku dia sendiri belum bertitel Haji.  Alias belum sama sekali berkesempatan haji, karena merasa belum mampu secara finansial untuk mengongkosi perjalananan ketanah suci.  Intinya, bagi beliau lebih afdol kalau menunaikan haji dengan kemampuan ongkos usaha sendiri.  Benar pula, ya ?

    Mang Mat tidak tahu apa bapak penceramah tadi, waktu itu sudah mempunyai rumah sendiri atau masih kontrakan.  Tapi yang jelas dia belum berhaji waktu itu, karena belum mampu membiayai sendiri, sehingga belum berhaji.  Mang Mat pun berfikir kondisi keluarganya saat ini mungkin sama seperti itu, alias belum berkemampuan untuk berhaji dengan biaya sendiri.

     Namun apapun ceritanya, seperti Bapak Penceramah yang belum haji itu, terus saja dia berdoa dan berharap, mudah-mudahan Allah yang Maha Rahman dan Rahim memberi jalan dan kemudahan di tahun tahun depan. Insyaallah...  Mungkin tahun ini belum fikir Mang Mat. Apalagi menyadari ibadah wajib harian saja masih saja banyak kurang, apalagi kalau sholat tahajjud atau dhuha dll, istilahnya masih bisa dihitung dengan jari tangan. Mudah-mudahan nanti Allah SWT mengundang, Mudah-mudahan Allah SWT  memberikan kesempatan untuk memenuhi undangan-Nya itu walaupun   istilahnya dengan ”berjalan kaki atau menunggang unta yang kurus” sekalipun, tidak mengapa.  Semoga saja... amiiin ya Allah.

(maz. 8/8/2007)


     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar